
Kandidat Direktur Operasional PT MMP, Dudi Hari Saputra.
sambaranews.com, Kukar – Penurunan pendapatan dari Participating Interest (PI) sektor migas di Kalimantan Timur menjadi sorotan serius. Pada Sabtu, (26/07/25), salah satu kandidat Direktur Operasional PT Migas Mandiri Pratama (MMP) Kaltim, M Dudi Hari Saputra, mengemukakan pandangannya terkait urgensi transformasi strategi bisnis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di sektor energi tersebut.
Dalam pernyataannya di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Dudi menegaskan bahwa ketergantungan terhadap pendapatan dari PI harus segera dikurangi, mengingat tren produksi dan harga minyak dunia terus menurun. Ia menyebut bahwa selama ini PI menyumbang sekitar 85 hingga 90 persen terhadap pendapatan beberapa BUMD di Kaltim, termasuk PT MMP.
“Memang kita tidak bisa lagi bergantung pada PI, karena trennya terus menurun setiap tahun,” ujarnya.
Menurut Dudi, penurunan produksi dari blok migas serta fluktuasi harga global menjadi faktor utama menurunnya pendapatan PI. Akibatnya, tidak hanya sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdampak, namun juga kestabilan operasional perusahaan.
“Kalau PI-nya menurun, otomatis kontribusi terhadap PAD juga akan menurun,” tambahnya.
Dudi memperingatkan bahwa bila kondisi ini terus berlanjut tanpa pembenahan, maka BUMD akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban dasar seperti membayar gaji karyawan.
“Jangankan menyumbang ke PAD, untuk sekadar operasional dan menggaji karyawan saja bisa terganggu,” tegasnya.
Sebagai alternatif, Dudi mengusulkan agar PT MMP aktif terlibat dalam rantai pasok bisnis migas, tidak hanya menerima pembagian keuntungan dari PI. Ia menyarankan BUMD dapat berperan dalam kegiatan penunjang seperti offshore support, logistik migas, dan shore base.
“Aktivitas bisnis PI itu triliunan rupiah per tahun, seharusnya kita bisa ambil bagian di dalamnya,” katanya.
Ia membandingkan pendekatan ini dengan sektor batu bara, di mana BUMD telah berperan aktif dalam distribusi dan logistik.
Lebih lanjut, Dudi menanggapi pernyataan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam Musda Golkar Kaltim baru-baru ini terkait pembagian PI dari blok migas ENI. Menurutnya, peluang itu harus dimanfaatkan dengan optimal oleh pemerintah daerah dan BUMD.
“Kalau tidak kita manfaatkan, kita hanya akan jadi penonton. Kita harus jadi pelaku utama,” ujarnya.
Dudi menekankan bahwa perputaran uang di blok ENI dapat mencapai Rp160 triliun dan membuka potensi besar untuk Kaltim. Untuk itu, ia menyatakan kesiapan membangun sinergi dengan Kementerian ESDM, SKK Migas, Pertamina, HIPMI, dan KADIN.
Sebagai bagian dari visi jangka panjang, Dudi juga menekankan pentingnya transisi menuju energi hijau. Ia mengusulkan pengembangan energi baru terbarukan (EBT), termasuk biofuel berbasis kelapa sawit seperti B40 dan B50, yang potensinya sangat besar di Kaltim.
“Kutai Timur dan Kukar adalah pemain utama kelapa sawit. Itu bisa jadi kekuatan kita,” jelasnya.
Selain itu, ia menyebut potensi dari limbah sawit seperti cangkang dan janjang sebagai bahan bakar biomassa. Ia memperkirakan potensi ekonomi dari biofuel bisa mencapai Rp230 triliun per tahun.
Dengan serangkaian strategi ini, Dudi berharap PT MMP dan BUMD lainnya mampu bertahan dan berkembang, serta memberi kontribusi nyata bagi pembangunan daerah. (vn)