Sambaranews, Jakarta – Selama periode 45 hari yang dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan serangan intensif terhadap Jalur Gaza. Dampaknya, kawasan terisolasi Palestina tersebut terus mengalami krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Berikut update terkait situasi panas di Jalur Gaza, Tepi Barat (West Bank) dan wilayah lainnya, seperti dikutip oleh CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Senin (20/11/2023).
Korban Jiwa Terus Bertambah
Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mencatat setidaknya ada 13.000 korban tewas, termasuk 5.500 anak-anak dan 3.500 wanita.
Korban luka-luka mencapai 30.000 orang, dengan sekitar 75% di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Setidaknya 6.000 warga dilaporkan hilang di Gaza.
Sementara di Tepi Barat, tercatat 215 orang tewas, termasuk 50. Lebih dari 2.750 luka-luka.
Di Israel, pada 10 November, para pejabat merevisi jumlah korban tewas dari 1.405 menjadi sekitar 1.200 orang.
Setidaknya, total 48 jurnalis telah terbunuh sejak perang Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), sebanyak 43 jurnalis Palestina, empat jurnalis Israel dan satu jurnalis Lebanon telah terbunuh.
5.500 Nyawa Anak-Anak di Gaza Hilang
Hari Anak Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 20 November, menjadi kelam di Gaza. Pasalnya, sejak 7 Oktober, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 5.500 anak. Artinya, satu anak Palestina terbunuh setiap 10 menit, atau sekitar satu dari setiap 200 anak di Gaza.
Sebanyak 1.800 anak lainnya juga hilang di bawah reruntuhan, sebagian besar dari mereka diperkirakan tewas.
Sebanyak 9.000 anak-anak lainnya terluka, banyak diantaranya mengalami dampak yang mengubah hidup mereka. Banyak dari anak-anak ini mengalami trauma akibat berbagai perang. Sebagai informasi, setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza adalah anak-anak.
RS Indonesia Diserang Israel
Israel semakin mengintensifkan operasi daratnya di Gaza utara. Kali ini pasukan Negara Zionis tersebut telah mengepung dan menyerang Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza sejak Minggu (19/11/2023).
Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin (20/11/2023) menyebut penembak jitu dari Israel menargetkan mereka yang bergerak di dalam atau sekitar rumah sakit. Akibatnya, sebanyak 12 orang tewas, puluhan orang termasuk dokter luka-luka, dan ratusan warga lainnya terkepung dalam RS tersebut.
“Nyawa ribuan pasien, tenaga medis, dan pengungsi berada dalam risiko kematian akibat pemboman langsung dan berulang-ulang terhadap Rumah Sakit Indonesia,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA).
Kantor berita resmi Palestina, Wafa, sebelumnya melaporkan delapan orang tewas dalam penembakan artileri Israel terhadap rumah sakit tersebut. Menurut data, ada 150 pasien, 100 staf medis dan ribuan pengungsi di dalam fasilitas tersebut.
Saksi mata mengatakan penembakan Israel menyebabkan rumah sakit tersebut kehilangan aliran listrik setelah generatornya berhenti bekerja.
Komite Israel Bahas Hukuman Mati bagi Pejuang Palestina
Komite Keamanan Nasional Israel telah berkumpul untuk membahas rancangan undang-undang yang memberlakukan hukuman mati terhadap pejuang Palestina. Proposal tersebut diajukan oleh partai sayap kanan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
“Undang-undang hukuman mati bagi teroris bukan lagi soal kiri dan kanan… [itu] undang-undang moral dan penting bagi Negara Israel,” kata Ben-Gvir di media sosial X.
Usulan tersebut mendapat perhatian besar dari anggota keluarga mereka yang ditawan selama serangan Hamas pada 7 Oktober.
Dalam pidatonya yang mengharukan, Gil Dilkma, sepupu salah satu dari sekitar 240 tawanan, memohon kepada menteri untuk membatalkan undang-undang yang dapat membahayakan nyawa mereka yang ditawan di Gaza.
“Hapus undang-undang itu, kalau kamu punya hati,” ucapnya sambil menahan air mata.
Hal serupa juga terjadi pada Forum Keluarga Hilang yang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa diskusi semacam itu “membahayakan kehidupan orang-orang yang kita cintai, tanpa mendukung tujuan publik apa pun.”
Situasi di Gaza Memburuk Akibat Hujan
Akibat hujan, situasi di lapangan bagi warga sipil dan kondisi kemanusiaan semakin buruk, terutama bagi mereka yang terpaksa mengungsi. Hujan diperkirakan akan terus berlanjut dengan penurunan suhu yang nyata dalam beberapa minggu mendatang.
Situasi di Jalur Gaza semakin memburuk. Dengan terganggunya sistem pembuangan limbah dan kekurangan air, terdapat kekhawatiran mengenai penyakit akibat bakteri dan diare, terutama di kalangan anak-anak.
Sekitar dua pertiga penduduk di wilayah selatan meninggalkan rumah mereka dan tidak dapat membawa barang-barang penting untuk melindungi diri dari dingin atau hujan.
Lebih dari 100 Pengungsi dari Gaza akan Tiba di Turki
Lebih dari 100 pengungsi dari Gaza dijadwalkan tiba di Turki, termasuk puluhan orang yang akan menerima perawatan medis di sana.
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan 61 pasien, didampingi oleh sekitar 49 kerabatnya, tiba di Mesir dari Gaza pada Minggu malam dan dijadwalkan terbang ke Ankara pada Senin pagi.
Dia mengatakan pekan lalu bahwa Ankara ingin membawa sebanyak mungkin dari hampir 1.000 pasien kanker dari Gaza ke Turki. Sebanyak 27 pasien pertama tiba di Ankara pada Kamis.
Secara terpisah, sekelompok 87 orang – warga Turki, Siprus Turki dan kerabat mereka – tiba di Mesir dari Gaza pada hari Minggu dan dijadwalkan terbang ke Istanbul pada Senin malam, menurut sumber Kementerian Luar Negeri.
Israel Sebut Serangan Houthi Terkait dengan Iran
Israel melihat insiden terbaru yang dilakukan Houthi, yakni pembajakan kapal, adalah sebagai bagian dari upaya Iran untuk menggerakkan proksinya di wilayah tersebut.
Namun Iran membantah pihaknya terlibat dalam pembajakan kapal kargo ini, namun hal itu tidak akan mengubah perspektif Israel, di mana Negara Zionis ini mengatakan tidak menginginkan konflik regional karena sibuk mengurusi Gaza.
Ada kekhawatiran di Israel dan sekitarnya bahwa ini adalah situasi yang mudah terbakar, yang akan mengubah apa yang terjadi di Gaza saat ini menjadi konflik regional yang lebih luas.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/