
DP3A Menggelar Sosialisasi di Kecamatan Sangasanga pada Senin (3/1/2025). *(ist)
Sambaranews.com, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus menunjukkan komitmennya dalam melindungi perempuan dan anak dari kekerasan serta risiko pernikahan dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggelar sosialisasi di Kecamatan Sangasanga pada Senin (3/1/2025), yang juga menjadi bagian dari rangkaian Peringatan Hari Merah Putih.
Dalam kegiatan ini, DP3A Kukar berfokus pada edukasi mengenai bahaya pernikahan anak serta dampak negatif kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Plh Kepala DP3A Kukar, Hero Suprayetno, menegaskan bahwa sosialisasi ini merupakan langkah nyata pemerintah daerah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat serta memberikan rasa aman dan perlindungan bagi perempuan dan anak.
“Melalui momentum ini kami berharap sosialisasi ini memberikan manfaat, terutama bagi para peserta yang hadir untuk bisa lebih mengerti dan memahami lebih luas terkait berbagai bentuk KDRT, seperti kekerasan fisik,” ujarnya.
Hero menambahkan, penyuluhan semacam ini penting dilakukan secara rutin agar masyarakat memahami hak-hak perempuan dan anak dalam hukum, termasuk hak mendapatkan perlakuan manusiawi, perlindungan hukum, serta bantuan ketika menghadapi kasus kekerasan.
Ia juga mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, terutama dalam bentuk kekerasan fisik, masih cukup tinggi di Kukar. Laporan yang diterima aparat penegak hukum menunjukkan bahwa anak-anak di bawah umur menjadi kelompok rentan yang kerap mengalami kekerasan.
Selain KDRT, pernikahan dini menjadi perhatian serius DP3A Kukar karena dampaknya yang luas, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga kesejahteraan anak. Oleh karena itu, DP3A Kukar secara aktif menggalakkan edukasi dan advokasi kepada masyarakat guna menekan angka pernikahan anak serta mencegah dampak negatif yang bisa terjadi akibat praktik tersebut.
“Sosialisasi ini menekankan pentingnya peran semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, untuk bersama-sama mencegah terjadinya KDRT dan pernikahan anak, serta mendukung perlindungan perempuan dan anak secara menyeluruh, untuk mewujudkan generasi muda yang berkualitas dan berakhlak,” pungkas Hero.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pernikahan dini dan KDRT semakin meningkat, sehingga kasus-kasus serupa dapat ditekan di masa mendatang. *(ari/nr)