
Sekretaris Komisi II DPRD Kota Balikpapan, Taufik Qul Rahman. *(adv/ist)
Sambaranews.com, BALIKPAPAN – Dalam upaya diversifikasi potensi pariwisata kota, Komisi II DPRD Kota Balikpapan menggagas pengembangan kawasan sentra industri kecil somber (SIKS) tahu tempe yang terletak di Jalan A.W Syahranie, Kelurahan Muara Rapak, Kecamatan Balikpapan Utara, menjadi destinasi wisata edukasi dan kuliner. Gagasan ini muncul sebagai respons terhadap potensi industri tahu tempe yang telah lama menjadi bagian dari identitas kota dan memiliki nilai sejarah serta kearifan lokal yang tinggi.
Dalam kunjungan lapangan yang dipimpin oleh Sekretaris Komisi II, Taufik Qul Rahman, pihak DPRD memetakan bahwa pengembangan kawasan ini dapat menghadirkan pengalaman edukatif yang mengungkap proses tradisional pembuatan tahu dan tempe. Taufik menambahkan bahwa konsep ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk tidak hanya belajar tentang proses produksi makanan tradisional, tetapi juga mencicipi berbagai kreasi kuliner berbasis kedelai yang menjadi ciri khas Balikpapan.
“Kami ingin menciptakan destinasi wisata yang tidak hanya memperkenalkan proses pembuatan tahu dan tempe kepada masyarakat, tetapi juga menjadikannya sebagai sentra kuliner khas Balikpapan,” ungkap Taufik kepada wartawan, Jumat (31/1/2024).
Untuk mewujudkan visi tersebut, DPRD Balikpapan akan menjalin kerjasama dengan sejumlah institusi, termasuk akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan beberapa universitas di Bandung. Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu dalam penyusunan konsep pengembangan kawasan yang modern namun tetap mempertahankan nilai tradisional. Selain itu, pihak DPRD berencana menggandeng pelaku UMKM lokal agar produk-produk kuliner mereka dapat dipromosikan melalui destinasi wisata edukasi ini.
Tidak hanya sebagai pusat edukasi, kawasan ini juga direncanakan untuk dijadikan area camping yang dapat digunakan oleh Pramuka dan masyarakat umum, sehingga menambah ragam aktivitas wisata di Balikpapan. Menurut rencana, pengelolaan kawasan ini akan mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi wisata dan pengelolaan fasilitas umum seperti parkir, yang dikelola oleh Dinas Perhubungan.
“Targetnya, pada 2026 kita bisa menyelaraskan anggaran untuk pengembangannya. Saat ini, kita ingin melihat peluang yang bisa dikerjakan terlebih dahulu,” tambah Taufik.
Melalui upaya ini, DPRD Balikpapan berharap dapat memperkuat posisi kota sebagai destinasi wisata yang tidak hanya berfokus pada industri dan energi, melainkan juga pada nilai edukasi dan kuliner. (Yud/ADV/DPRD Balikpapan)