
Tenggarong, SambaraNews.com – Lomba gasing tradisional kembali memeriahkan Festival Erau Adat Kutai 2025. Bertempat di halaman Jembatan Repo-repo Tenggarong, kegiatan ini berlangsung selama empat hari, 23–26 September 2025, dengan melibatkan ratusan peserta dari berbagai daerah di Kalimantan Timur.
Koordinator olahraga gasing, Tabli, menyampaikan bahwa jumlah peserta tahun ini mencapai 193 orang. Para peserta berasal dari sejumlah kecamatan di Kutai Kartanegara (Kukar), seperti Sebulu, Kota Bangun, Muara Muntai, Tenggarong, dan Loa Kulu. Tidak hanya itu, ada pula perwakilan dari SMA 9 Samarinda serta peserta dari Bengalon, Kutai Timur.
“Kategori lomba ini sederhana, siapa gasingnya paling lama berputar, itu yang menjadi pemenang. Usia peserta campur, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,” ujar Tabli.
Menariknya, meskipun hadiah lomba tahun ini menurun dibanding sebelumnya—hanya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp4 juta—antusiasme peserta justru meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa nilai budaya dan keseruan permainan tradisional masih lebih utama dibanding hadiah semata.
“Awalnya ada 10 cabang olahraga tradisional yang dilombakan, tapi tahun ini hanya empat, yaitu sumpit, gasing, ketapel, dan belogo,” tambah Tabli.
Ia berharap, lomba gasing dapat terus menjadi agenda tetap dalam Festival Erau setiap tahunnya. Menurutnya, gasing bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga bagian penting dari identitas budaya masyarakat Kutai.
“Meskipun hadiahnya menurun, pesertanya justru semakin banyak. Bahkan di luar Erau, ada komunitas yang juga rutin menggelar lomba gasing. Bedanya, kalau di Erau pendaftarannya gratis, sementara di luar biasanya berbayar,” jelasnya.
Lomba gasing kali ini juga memperlihatkan keragaman usia peserta. Anak-anak hingga orang dewasa ikut ambil bagian, menciptakan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan. Penonton pun tampak antusias memberi dukungan dari tepi arena, menambah semarak jalannya pertandingan.
Tradisi gasing di Kutai Kartanegara dikenal sejak lama sebagai permainan rakyat yang mampu mengasah ketangkasan, konsentrasi, dan kesabaran. Dengan adanya lomba di Erau, permainan ini tidak hanya lestari, tetapi juga semakin populer di kalangan generasi muda.
Selain menjadi hiburan, lomba gasing turut berdampak pada perekonomian masyarakat. Kehadiran pedagang kecil di sekitar arena membawa suasana khas pesta rakyat, di mana olahraga tradisional berjalan berdampingan dengan geliat ekonomi UMKM.
Bagi masyarakat Tenggarong, lomba gasing bukan sekadar nostalgia, melainkan wujud nyata kebanggaan terhadap warisan leluhur. Semangat itu sejalan dengan tujuan Erau untuk melestarikan nilai budaya sekaligus mempererat kebersamaan antargenerasi.
Wartawan: Kusma
Editor: leeya