
Ilustrasi Petani saat memanen kopi.
Sambaranews.com, KUTAI KARTANEGARA – Di tengah geliat ekonomi lokal Kecamatan Muara Kaman, satu produk unggulan kian menonjol dan menjadi sorotan: Kopi Hitam Muara Kaman atau yang dikenal dengan nama Kohiman. Lebih dari sekadar minuman, Kohiman kini menjelma sebagai penggerak ekonomi kreatif yang tumbuh dari semangat gotong royong warga.
Usaha pengolahan Kohiman melibatkan banyak lapisan masyarakat, mulai dari petani, pelaku UMKM, hingga pelajar sekolah menengah. Dari tahap pemetikan biji kopi, pengeringan, pengolahan, hingga pengemasan, semua dikerjakan secara kolaboratif dengan pendekatan partisipatif.
Camat Muara Kaman, Berliang, menyebut Kohiman sebagai contoh nyata bagaimana sumber daya lokal bisa dikelola menjadi produk bernilai tambah.
“Kohiman bukan sekadar kopi. Ini adalah hasil kerja bareng warga yang ingin maju bersama. Dari hal sederhana, kita bisa bangun kekuatan ekonomi,” ungkap Berliang pada Kamis (8/5/2025).
Tak hanya memberdayakan masyarakat dewasa, Kohiman juga menjadi wadah pembelajaran kewirausahaan bagi generasi muda. Siswa dari SMA dan SMK di wilayah SP1 aktif dilibatkan dalam praktik langsung di lapangan. Mereka belajar memahami proses produksi kopi, dari hulunya hingga hilir, termasuk aspek manajemen usaha dan pemasaran.
Menurut Berliang, keterlibatan pelajar ini penting untuk menanamkan semangat mandiri dan kreativitas sejak dini. “Mereka belajar bukan hanya cara mengolah kopi, tetapi juga memahami bagaimana usaha bisa tumbuh lewat proses yang konsisten dan kolaboratif,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara juga mendukung geliat Kohiman. Melalui bantuan alat produksi dari Bupati Kukar, Edi Damansyah, kapasitas pengolahan ditingkatkan agar produk Kohiman semakin siap bersaing di pasar lebih luas, bahkan potensial menembus pasar regional.
“Dukungan ini sangat berarti bagi kami. Sekarang proses produksi lebih efisien dan kualitas produk meningkat,” tambah Berliang.
Tak hanya Kohiman, Kecamatan Muara Kaman juga menyimpan potensi lain yang sedang dikembangkan, seperti roti balok dan serawong dari Desa Sabintulung, serta kerajinan anyaman tikar purun dan rotan. Produk-produk ini mencerminkan keragaman ekonomi desa yang terus tumbuh dari bawah.
Berliang berharap, kisah sukses Kohiman dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Kukar dalam membangun ekonomi lokal berbasis sumber daya sendiri dan partisipasi komunitas.
“Kalau Kohiman bisa berkembang dari tangan masyarakat, berarti banyak potensi desa lain yang juga bisa menyusul. Tinggal bagaimana kita kelola dan libatkan semua elemen,” pungkasnya. (ADV Diskominfo Kukar)