
Ilustrasi pertanian modern. *(adv)
Sambaranews.com, TENGGARONG – Desa Tani Bhakti di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mengambil posisi tegas untuk mempertahankan identitasnya sebagai desa agraris. Di tengah dominasi industri tambang batu bara yang berkembang pesat di sekitar wilayah tersebut, desa ini memprioritaskan pengembangan sektor pertanian modern untuk menjawab tantangan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Muhammad Amin, Kepala Desa Tani Bhakti, menjelaskan bahwa pilihan mempertahankan sektor pertanian didasarkan pada kebutuhan jangka panjang masyarakat. Menurutnya, meskipun tambang memberikan keuntungan cepat, dampak negatifnya terhadap lingkungan dan sosial tidak bisa diabaikan.
“Pertanian adalah sumber kehidupan bagi banyak warga. Kami harus memastikan generasi mendatang tetap memiliki lahan subur dan lingkungan yang lestari,” kata Amin.
Sebagai upaya konkret, Pemdes Tani Bhakti telah menginisiasi berbagai program pelatihan bagi petani lokal. Salah satu program unggulan adalah penggunaan teknologi pertanian modern seperti drone untuk pengelolaan lahan dan pemantauan hasil panen, serta penerapan sistem irigasi otomatis berbasis digital.
Selain itu, masyarakat juga diajak beralih ke metode pertanian organik untuk meningkatkan hasil tanpa merusak kualitas tanah. Program ini didukung oleh kerja sama dengan universitas dan lembaga pertanian, yang memberikan pendampingan teknis dan akses ke inovasi terbaru.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bertani bukan pekerjaan tradisional yang ketinggalan zaman, tetapi sektor yang bisa menjadi masa depan dengan pendekatan inovatif,” tambah Amin.
Dengan tekad kuat untuk melestarikan budaya agraris sekaligus mengadaptasi kemajuan teknologi, Desa Tani Bhakti berharap dapat menjadi model desa pertanian modern yang berdaya saing di Kukar. “Kami optimistis, langkah ini akan membawa kesejahteraan bagi warga tanpa harus mengorbankan kelestarian lingkungan,” tutup Amin. (*)
(adv/diskominfo)