
Karangan Mangga hidup yang dikirim warga ke Bupati Magelang atas pelantikannya.(Ist)
Catatan Rizal Effendi
BANYAK kepala daerah kreatif dan pro-lingkungan. Sudah tidak zamannya lagi kirim karangan bunga untuk ucapan selamat. Selain menghabiskan uang, juga jadi masalah sampah. Karena itu ada yang minta diganti sembako dan ada juga yang minta diganti dikirimi bibit atau anakan pohon. Malah ada yang minta diganti dengan benih padi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menolak dikirimi karangan bunga. “Lebih baik kirim sembako kepada anak-anak yatim atau pihak yang tak mampu di sekeliling kantor atau perusahaan,” katanya menjelang dilantik Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara Jakarta, Kamis (20/2).
Menurut Eri, sembako lebih bermanfaat ketimbang karangan bunga. Selain terkesan menghamburkan uang, juga menambah tumpukan sampah. Karena itu lebih baik diganti dengan sembako atau bentuk tanaman maupun bibit pohon yang bermanfaat. “Masih banyak saudara kita yang membutuhkan santunan,” jelasnya.
Dia juga minta kepada stafnya tidak usah kiriman sembako itu dikumpulkan lebih dulu di Pemkot. Repot dan takut terjadi penyalahgunaan. Jadi biar dikirim langsung ke alamat yang berhak mendapatkan atau menerima. “Kirim foto atau video saja ke saya, nanti saya respons sebagai ucapan terima kasih,” katanya.
Dengan cara seperti itu, kata Eri, malah suasana guyub bisa terwujud. Warga atau pihak yang mampu bisa berbagi dengan warga atau pihak yang membutuhkan. “Jadi kita jauh lebih rukun, karena saling membantu dan menghargai,” katanya.
Hal yang sama juga dilakukan Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana. “Dikirimi bunga hidup atau pohon hidup kami lebih senang karena mengurangi residu sampah ketimbang karangan bunga,” katanya melalui Asisten 1 Lalu Martawang.
Menurut Wali Kota Mohan, jika pihaknya menerima kiriman tanaman hidup apalagi pohon-pohonan, maka akan ditanam di beberapa ruang terbuka hijau. Manfaatnya sangat besar, tidak saja untuk menambah kehijauan dan keindahan kota, tetapi juga akan meningkatkan produksi udara segar atau oksigen yang dibutuhkan manusia. “Jadi sangat baik untuk kesehatan kita,” jelasnya.
Ia juga membantah program pengalihan karangan bunga ke tanaman hidup ada kaitannya dengan kebijakan pemangkasan anggaran. “Sama sekali tak ada kaitan, tapi benar-benar untuk kepentingan lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan,” jelasnya.
Bupati Magelang Grengseng Pamuji dan wakilnya Sahid punya pemikiran yang sama. “Monggo saja kalau mau kirim ucapan selamat kepada kita. Cuman kalau bisa karangan bunganya diganti dengan tanaman hidup saja,” katanya.
Imbauan bupati ini ternyata langsung direspon masyarakat. Ratusan pohon pelindung dan buah-buahan serta tanaman hidup lainnya berjejer di kompleks Sekretariat Daerah Kabupaten Magelang disertai dengan ucapan selamat.
“Nah itu ‘kan lebih baik. Segera akan kita tanam di tempat-tempat terbuka dan di ruang-ruang publik, sehingga kita bisa merasakan manfaatnya bersama-sama,” kata Grengseng.
Yang rada kecewa adalah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dia minta masyarakat Jawa Barat yang akan memberikan ucapan selamat atas pelantikannya dengan benih padi, bukan karangan bunga. Tapi faktanya yang datang tetap saja ratusan bahkan ribuan karangan bunga di halaman depan Gedung Sate, Kota Bandung.
“Saya mengajak sebaiknya karangan bunga diganti dengan benih padi. Tujuannya agar benih itu bisa terus tumbuh dan berkembang serta memberikan manfaat bagi banyak orang terutama para petani,” kata Kang Dedi sapaan Dedi Mulyadi.
Fenomena kirim karangan bunga sudah menjadi kultur masyarakat Indonesia. Malah tak jarang tujuannya jadi bergeser. Bukan untuk kepentingan yang punya hajat akan tetapi justru menjadi ajang promosi pengirimnya. Apalagi karangan bunganya terdiri dari bahan kayu, plastik dan styrofoam. Dan akhirnya menambah timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
Menurut pengamat sosial Arsinah dari Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda (UINSI), pemberian tanaman atau pohon buah sebenarnya bukan gaya baru, tapi bagian dari budaya bangsa yang mulai terlupakan.
Dulu Presiden Soekarno pernah memberi bibit pohon ke Arab Saudi. Sekarang jadi pohon peneduh jamaah haji di padang Arafah. “Jadi sudah lama kita lakukan, malah karangan bungalah yang bukan budaya kita,” ujar Arsinah seperti diberitakan NIAGA.ASIA.
Bagaimana dengan nasib pengusaha karangan bunga? Ada yang menyarankan mereka beralih ke pedagang bunga atau pohon hidup. Lalu dia desain sebaik mungkin, sehingga karangan pohon bisa lebih indah dan menarik sebagai ucapan selamat.
JUGA ADA DI KALTIM
Alhamdulillah, ide ganti karangan bunga dengan tanaman hidup atau pohon buah untuk ucapan selamat juga terjadi di Kaltim. Setidaknya itu terlihat di halaman gedung Kantor Gubernur Kaltim di Jl Gajah Mada No 2. Dari ratusan karangan bunga yang dikirim berbagai pihak untuk ucapan selamat kepada Gubernur Rudy Mas’ud dan Wagub Seno Aji, terselip ada 12 pohon buah.
Ternyata pengirimnya para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau dinas-dinas. Tidak diketahui apakah ini inisiatif dari OPD sendiri atau ada imbauan dari Pemprov. Tiap pohon digantungi gambar kedua pemimpin Kaltim itu dibarengi dengan pesan dan komitmen.
Ada 4 bibit pohon jambu dikirim oleh Biro Umum, Kesbangpol, DPMPTSP dan BPSDM Kaltim. Lalu ada 3 bibit sawo datangnya dari Biro Kesejahteraan Rakyat, RSUD A Wahab Sjahranie, dan Dinas Kesehatan Kaltim.
Kemudian ada 2 bibit pohon nangka dari DPTPH dan Bapenda, serta 3 bibit pohon jeruk dari Biro Hukum, RSJD Atma Husada dan BPKAD Kaltim.
Belum ada laporan apakah 5 bupati dan 2 wali kota se-Kaltim yang dilantik Presiden Prabowo juga menjalankan program ganti karangan bunga dengan pohon.
Di Balikpapan, saya lihat banyak karangan bunga berjejer dan bertumpuk di halaman Pemkot. Apalagi sebelumnya sudah ada banyak karangan bunga yang memberikan ucapan selamat HUT ke-128 Kota Balikpapan, 10 Februari lalu.
Balikpapan adalah salah satu kota bersih terbaik di Indonesia dalam hal program lingkungan dan penataan sampah. Kota ini sudah berkali-kali meraih Adipura Kencana sebagai bukti penataan lingkungan dan penanganan sampahnya sudah sangat baik. Pernah menjadi juara menanam pohon terbanyak di Hari Menanam Pohon Indonesia.
Di era Gubernur Isran Noor, Kaltim menjadi provinsi pertama di Indonesia menerima dana karbon dari Bank Dunia atas kesediaannya mengurangi penebangan pohon dan sebaliknya menggencarkan kegiatan penanaman atau reboisasi.
Luas hutan Kaltim 9.5 juta hektare. Dikenal sebagai jenis hutan hujan atau hutan tropika basah. Tapi hutan itu tiap tahun menyusut karena berbagai eksploitasi terutama pembalakan, penambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit.
Ketika saya mengunjungi taman wisata dan penelitian agronomi Pringgondani milik Pak Surata di Gunung Binjai, Balikpapan Timur minggu lalu, saya didaulat menjadi bapak asuh salah satu pohon Meranti yang tumbuh di sana. “Ini semangat dan bukti kita ikut mengurangi emisi karbon di dunia,” kata Surata.
Seorang undangan Bulan K3 Pertamina Balikpapan di Lapangan Merdeka minggu lalu, pulangnya membawa hadiah pohon mangga. Dia senangnya bukan main karena mangganya sudah berbuah meski masih kecil.
Semasa saya wali kota, saya menganjurkan warga yang menikah, ultah dan berbagai kegiatan seremonial lainnya ditandai dengan menanam pohon. Ketika putri saya menikah, salah satu jujurannya pohon mangga. “Saya nikahi dan kawini putri Bapak dengan mas kawinnya 5 pohon mangga dan seperangkat alat salat,” kata sang suami lantang. Barakallah.(*)